Selasa, 04 Desember 2012

PEMIMPIN DI MINANGKABAU

                                                   
                 KEPEMIMPINAN ORANG MINANGKABAU


Pemimpin di Minangkabau harus mempunyai tiga sifat kepe­mimpinan yaitu kepe­mim­pinan Islam (Nabi Muham­mad. SAW), kepemimpinan Sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Kepemimpinan menurut adat Minangkabau (kearifan lokal),

Pertama, kepemimpinan Islam (Nabi Muhammad. SAW), Minangkabau adalah suku bangsa yang mendiami Sumatera Barat dan mayo­ritas penduduknya beragama Islam yang dikenal dengan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat ma­makai, maka pemimpin di Minangkabau sifat kepe­mimpin seperti sifat Nabi Muhammad. SAW harus di­mi­likinya.


Kedua, kepemimpinan menurut Sistem Pemerintah Republik Indonesia,seorang pemimpin harus mengetahui lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain agar tercapainya tujuan penyelenggaran negara.


Ketiga kepemimpinan me­nurut adat Minangkabau, seorang pemimpin di Minang­kabau harus memiliki sifat yang khas dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di Minangkabau, yang me­ngan­dung nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Minangkabau yang juga mempunyai nilai-nilai falsafah yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.


Pemimpin di Minangkabau tersebut harus tau jo kato nan ampek.mak­sudnya adalah kato mandata, kato mandaki, kato manurun dan kato malereangdi Minangkabau pemimpin itu hanyalah di dahulukan selang­kah dan di tinggikan seranting, jadi pemimpin itu sedikit lebih tinggi dan sedikit pula lebih dahulu dari anggota yang dipimpinnya, maka cara bertindak dan ber­ting­kah­lakupun harus diperhatikan dan selalu jadi perhatian. Artinya di Minangkabau pemimpin bukanlah mem­punyai kekuasaan sewenang-wenang dan bertindak se­enaknya saja, tetapi ada norma-norma tata pergaulan yang harus diperhatikan.



Maksud dari nan ampek adalah, kato mandata (men­datar) adalah kata-kata dan  sikap seorang pemimpin ter­hadap anggota yang sebaya atau kepada kawan dan ko­lega yang mungkin sama sepermainan, karena sama besar maka dalam suasana ini seorang pemimpin boleh bertindak dan berucap seperti biasa dan sewajarnya.
Kato mandaki (mendaki), dalam suasana ini seorang pemimpin berhadapan dengan orang yang mungkin lebih tua dari dirinya, sekalipun dia seorang pimpinan namun dalam menghadapi orang yang lebih tua dari dirinya ada aturan dan tatacaranya, tidak boleh memanggil waang (ka­mu) kepada yang lebih tua, mungkin di panggil uda (ka­kak), bapak, mamak, uni, amak, datuak dan lain se­bagainya.
Kato manurun (menurun), sikap atau perkataan menu­run ini apabila seorang pe­mimpin bersikap atau ber­hadapan dengan orang yang mungkin lebih muda dari dirinya, pada level ini pim­pinan boleh memanggil nama atau gelar, seperti adinda, angku tetapi tetap dengan tutur kata yang lemahlembut dan  santun.
Kato malereang (melereng), adalah sikap seorang pim­pinan dalam berhadapan atau berbicara dengan orang yang diseganinya, seperti urang sumando, ipar, bisan, dan sebagainya yang mungkin patut diseganinya. Pemimpin tidak boleh langsung me­ngatakan yang sebenarnya kepada orang atau kelompok ini tetapi melalui kiasan atau bahasa kias.

Dengan demikian dapat diketahui kebaikan budi dan indahnya basa-basi seorang pemimpin di Minangkabau tersebut, pepatah Minang mengatakanNan kuriak iyolah kundi nan merah iyolah sago, nan baik iyolah budi, nan indah iyolah bahaso,” pepatah Minang juga me­ngatakannan tuo dihormati, nan ketek disayangi, nan samo gadang bao baiyo, nan lum­puah paalau ayam, nan buto pa ambuih lasuang, nan pakak palatuihan badia, nan cadiak tampek batanyo. ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki, tatung­kuik samo makan tanah, tatilantang samo makan am­bun. Dari istilah ini menan­dakan di Minangkabau ma­syarakatnya egaliter (terbuka), saling menghargai, senasib sepenaggungan dan tatanan kehidupan yang sangat demok­rasi.

Di samping itu untuk menjadi pemimpin di Minang­kabau adalah nan cadiak candikio, orang yang berilmu pengetahuan dan memiliki intelektual serta seorang yang terpelajar, nan arif bijaksano yaitu seorang yang mempuyai sifat adil dalam mengambil kebijakan, bak pepatah Mi­nang­kabau mengatakan tibo dimato ndak dipiciangkan, tibo diparuik ndak dikampihkan, nan tau dirantiang dan ka­manyangkuik, tau diduri nan kamancucuakartinya selalu siap siaga dengan ancaman yang akan dihadapi.Tau jo angin nan basaru, tau di ombak nan badabua, tau dikarang nan taungguak, tau dipasang nan katurun naiak, alam takambang jadi guru. Artinya  waspada dengaan keadaan sekarang dan tahu pula dengan keadaan yang akan datang, berani meng­hadapi tantangan ke depan.

Dengan sifat-sifat dan jiwa kepemimpinan seperti ini maka seorang pemimpin itu akan menjadi teladan bagi anggota yang dipimpinnya ditengah kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.(Os bextah)

Kamis, 29 November 2012

Orang Minangkabau Menjadi Imam di Masjidil Haram


                          Dr. AHMAD KHATIB AL MINANGKABAUWI






Ah­mad Khatib lahir pada 26 Mei 1860 M dari pasangan Abdul Latief, warga Koto Gadang dan Limbak Urai, asal Koto Tuo Balai Gurah, Ampek Angkek, Canduang, Bukittinggi. , Ahmad Khatib dibawa ayahnya menunaikan rukun Islam ke-5 ke Makkah. Di tanah Makkah, Ahmad Khatib tidak  sekadar menu­naikan ibadah haji. Tapi, ia  gigih menggumuli al-Islam secara mendalam (liyatafaqqahu fi Addin)—baik pendekatanlafzhiyah maupun ma’nawiyah

Cuma dalam rentang wak­tu 9 tahun (1287 H/1871 M hingga 1296 H/1876 M), Ahmad Khatib mampu menye­lesaikan pembelajaranya di bawah asuhan ulama Makkah terkemuka. Misalnya: Sayyid Zayn al- Dahlan, Syekh Bahr al-Syatta, Syekh Yahya al-Qabli dan lainnya. Harap mafhum! Guru bertaraf tinggi (faqihun wa al-hakimun) ini tidak hanya sayang pada Ahmad  Khatib, lebih dari itu mereka berdecak-kagum atas kecerdasan plus keelokan budi sang murid dari jawi (pang­gilan Arab terhadap Indonesia/Melayu) ini. Bah­kan, sejak Ahmad Khatib menyauk ilmu di tanah haram itu pula, pameo segelintir Arab yang berkonotasi sinis, mencibir dan mengejek orang Indonesia/Melayu berangsur redup—yang pada akhirnya punah. “Jawi ya’kul hanas: orang Melayu makan ular”. Begitu cemooh Arab tradisionalis pada Indo­nesia.

Simpati yang diraup Ah­mad Khatib tidak hanya dari para ulama berpikiran maju, Bangsawan Arab: Syekh Sha­lih al-Qurdi malah meminang Ahmad Khatib sebagai me­nan­tu, dengan mempersunting si sulung-nya bernama Kha­dijah (1879). Berkat tangan dingin mertua, Ahmad Khatib disuguhi peluang mentran­sfor­ma­sikan segala kemam­puan­nya di Masjidil Haram. Malah satu anugerah tidak ternilai, menjelang abad ke-20 si kutu kitab ini diamanahi menggenggam jabatan khatib dan Imam Besar Masjidil Haram. Dan, bila sang Imam dari tanah Minang ini, meng­imami salat di masjid yang dikunjungi jutaan umat Islam dari pelbagai penjuru dunia tersebut, meluncurlah suara penuh zauq (getaran) dari mulut beliau. Soalnya, selain amat sangat fashahah (fasih), malah melebihi kefasihan lidah orang Arab sendiri,beliau juga punya suara mer­du, dan mengusai irama cukup beragam dan bervariasi dengan model tartil (membaca cepat, tapi khidmat).Sekali lagi, bila pengagum Ibnu Thaimiyah ini, tampil mengimami salat, maka ribuan, bahkan jutaan jemaah, benar-benar salat dengan khusyu’. Bahkan ba­nyak jemaah salat yang bulu kuduknya merinding dan menangis-terisak. Apalagi andai sang imam membaca ayat-ayat; kezaliman orang-orang kafir menindas umat Islam. Maklum, ketika itu sejumlah negara Islam termasuk Indonesia yang penduduknya mayoritas ber­agama Islam, masih bertekek-lutut di bawah imperialisme negara-negara barat.

Murid Ahmad khatib sanga­tlah banyak dari pelbagai sudut negeri. Sebut saja di negri ini Abdul Karim Amrullah, alias Inyiak Rasul/ayah Ham­ka; Muhammad Jamil Jambek; Abdullah Ahmad; Ibrahim Musa Parabek; H Agoessalim; KH. Ahmad Dah­lan( pendiri Muhammdiyah); dan banyak lagi sederet tokoh Islam lainnya.

Ahmad Khatib me­nuang­kan buah pikirannya dalam aspek ilmu seni, fiqih, ushul fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu berhitung, ilmu ukur, kewarisan dan ihwal adat Minangkabau yang lebih kurang berjumlah 50 judul.

Menjadi Khatib,imam dan guru besar di Masjidil Harram sampai sekarang tidak lah bisa sembarangan orang.Ini adalah merupakan bukti bahwa Ahmad Khatib dan orang minangkabau pada umumnya, mempunyai jiwa kepemimpinan, kecerdasan dan berkepribadian yang baik.(Os bextah)


Masjidil Harram

Sabtu, 10 November 2012

Putra-Putra terbaik Minangkabau untuk Indonesia


                 Torehan Prestasi Putra Ranah Minang Untuk RI


 
Banyak tokoh-tokoh minangkabau yang telah berjasa terhadap Republik Indonesia, sebut saja Chaerul Saleh yang menduduki jabatan menteri terbanyak (12 jabatan) di enam kabinet, di luar jabatan Waperdam, karena jabatan rangkap. Bung Hatta dan Sutan Syahrir juga begitu.
Di samping sebagai Wakil Presiden dan Perdana Menteri, keduanya antara lain merangkap jabatan menteri Luar Negeri, Dalam Negeri dan Pertahanan.
Prof.Emil Salim menjadi menteri terlama, 22 tahun (1971-1993) dalam lima Kabinet Pembangunan, sebagai Menteri Negara, Menteri Perhubungan, Menteri KLH (2 kali) dan Menteri LH.
Agus Salim, Muh.Yamin dan Emil Salim lima kali menjadi menteri. Muhammad Natsir, Awaluddin Djamin dan Bustanil Arifin tiga kali. AK Gani, Bung Hatta, Abdul Halim, Bahder Djohan, Azwar Anas dan Syarifuddin Baharsyah masing-masing dua kali.
Yang hanya sekali Dr.M. Amir, Muhammad Syafei, Syahbuddin Latif, St.Muh. Rasyid, Abu Hanifah, Assaat, Mr.M.Nasrun, Prof.SM Abidin, Syamsuddin St.Makmur, Eny Karim, KH Rusli Abd. Wahid, Dahlan Ibrahim, Kol. Nazir, AR Suhud, Harun Zain, Tarmizi Taher dan Abdul Latif.
Sampai Kabinet Pembangunan VI, Menlu dan Menpen ditempati paling banyak delapan kali. Menteri Tenaga Kerja dan Perindustrian 5 kali. Menko, Mendagri dan Menneg tanpa tugas khusus 4 kali. Menteri Pertanian, Koperasi, dan Menteri/Wakil Ketua MPRS masing-masing tiga kali.
Yang dua kali, Menteri Kemakmuran, Pembangunan, Pertahanan, Perburuhan, Perhubungan, KLH dan Urusan Veteran. Yang hanya sekali, Menteri Sosial, Pelayaran, Menneg/Wakil Ketua Bappenas, Menteri Sosio Kulturil, Menteri/Ketua Dewan Perancang Nasional, Lingkungan Hidup, Urusan Minyak dan Gas Bumi dan Menteri Agama.


Sutan Syahrir dan Bung Hatta menjadi Perdana Menteri di awal kemerdekaan, benar-benar dalam situasi sulit. Di samping menghadapi penjajah, tantangan dari dalam pun muncul betubi-tubi.
Syahrir menggantikan Soe karno sebagai Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri), mengantisipasi tuduhan dunia, Indonesia Merdeka adalah boneka Jepang. Syahrir dianggap tepat, karena semasa pendudukan Jepang dia pemimpin yang bergerak di bawah tanah melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Kepemimpinan Bung Hatta berhadapan dengan perlawanan PKI, berpuncak pada pemberontakan PKI Madian (1948). Ketegasan Bung Hattalah yang membuat PKI yang dipimpin Muso kocar kacir. Kenyataan itu menyebabkan PKI sangat membencii Bung Hatta.

Setelah Reformasi, pada Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin Presiden BJ Habibie, setidaknya seorang putra Minang ada di dalam kabinet, yaitu mantan Gubernur Sumbar, Hasan Basri Durin yang dipercaya menjadi Menteri Agraria.
Pada Kabinet Gotong Royong yang dipimpin Presiden Megawati, putra Minang yang menjadi menteri adalah Bach tiar Chamsyah sebagai Menteri Sosial, dan Yusril Ihza Mahendra sebagai Menteri Sekretaris Negara.
Yusril Ihza Mahendra yang dikenal sebagai putra Bangka, menurut informasi, dia sebenarnya berasal dari sebuah kenegarian di pedalaman Limapuluh Kota. Kelahiran Bangkinang, Riau, semasa kecil orang tuanya pindah ke Bangka, di sanalah ia tumbuh remaja dan dewasa. Di tengah keluarga dan dengan teman-teman sesama urang awak, sehari-hari Yusril menggunakan bahasa Minang.
Pada Kabinet Indonesia Bersatu I yang dipimpin Presiden SBY, keduanya masih dipercaya menjadi menteri. Bachtiar Chamsyah tetap sebagai Menteri Sosial, tetapi Yusril pindah pos menjadi Menteri Hukum dan HAM, yang di pertengahan periode digantikan Andi Mattalata.

Terakhir pada Kabinet Indonesia Bersatu II, ada tiga putra Minang. Gamawan Fauzi sebagai Menteri Dalam Negeri, Tifatul Sembiring menjadi Menteri Kominfo, dan Patrialis Akbar sebagai Menteri Hukum dan HAM. Ketika ada reshuffle digantikan Amir Syamsuddin.
Mereka putra terbaik bangsa yang lahir dari rahim Ranah Minang, berjuang demi ibu pertiwi, menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi kejayaan bangsa.
Mereka ikut membangun republik ketika kesejahteraan rakyat belum terwujud. Merupakan kebanggaan poisitf bagi Ranah Minang, tetapi tidak mengecilkan arti dan peranan putra bangsa lainnya.
Sebagian besar diantara mereka kini sudah tiada, pergi menghadap Tuhan. Semoga amal bakti mereka, mendapatkan pahala yang setimpal. Semoga Ranah Minang tetap melahirkan pejuang dan pemimpin masa depan, dalam mewujudkan Indonesia yang jaya dan sejahtera.( Os bextah )

Minggu, 04 November 2012

RANAH MINANG PERNAH JADI IBU KOTA NEGARA RI

            Kontribusi Orang Minang Terhadap Kemerdekaan RI




                                                   
Ranah Minang bukan saja menyumbangkan putra terbaiknya ikut dalam kepemimpinan bangsa, tetapi pun salah satu nagari di Sumbar pernah menjadi ibukota Republik Indonesia semasa darurat, ketika Belanda melancarkan agresi kedua. Waktu itu Yogyakarta yang ibukota RI sudah dikuasai Belanda.
Jadi Sumatra Barat, tepatnya kenegarian Koto Tinggi (Kab.50 Kota), adalah ibukota RI ketiga setelah Jakarta dan Yogyakarta. Setelah beberapa pemimpin Nasional membentuk Kabinet PDRI di Halaban, Mr.Sjafruddin Prawiranegara yang menjadi Presiden Darurat (istilahnya Ketua PDRI) pada waktu itu, menetapkan Koto Tinggi strategis sebagai Ibukota.

Dari sinilah PDRI mengatur strategi perjuangan dan pemerintahan ke seluruh Indonesia. Sehingga propaganda Belanda yang mengatakan RI sudah berakhir, gagal total. PDRI sangat berhasil mempertahankan RI dan melanjutkan eksistensi Proklamasi 17 Agusutus 1945.
Wibawa PDRI diakui di seantero Nusantara, yang merata melakukan perlawanan terhadap Belanda Perjuangan gerilya dipimpin Jenderal Sudirman dari suatu tempat di Jawa Timur, selalu berkoordinasi dengan pemerintah pusat yang berkedudukan di Koto Tinggi.
Maka amat perlu Monumen Nasional PDRI didirikan, sebagai monumen mengenang sebuah episode perjuangan di dalam sejarah Indonesia.

Posisi puncak yang pernah ditempati putra Minang adalah Wakil Presiden RI, dijabat Dr.Muhammad Hatta selama 11 tahun (1945 s/d 1956). Kepemimpinan dan kenegara wanannya sangat dominan di samping Bung Karno. Jabatan Wakil Presiden ketika itu jauh dari kesan “ban serap”, karena amat berperan dalam pemerintahan. Istilah dwi tunggal atas kedua proklamator itu gambaran keseimbangan peranan keduanya.

Jabatan Presiden (acting) pernah diduduki putra Minang lainnya, Mr.Assaat, dilantik di Yogyakarta 27 Desember 1949. Menggantikan Soekarno yang diangkat men jadi Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) berkedudukan di Jakarta.
RI merupakan bagian RIS, tetapi posisi dan wilayahnya terluas dibandingkan negara bagian lain dan merupakan negara bagian utama.

Jabatan Perdana Menteri (PM) delapan kali dipegang putra Minang. Pertama Sutan Syahrir, menjadi PM tiga kali. Lalu Bung Hatta juga tiga kali, yang dirangkap dengan jabatan Wakil Presiden. Dr. Abdul Halim menjadi PM ketika RI menjadi bagian RIS.
Terakhir, Muhammad Natsir menjadi Perdana Menteri pertama NKRI. Natsir otak yang mengembalikan RIS menjadi NKRI, terkenal dengan mosi integral Natsir di parlemen ketika itu.
Posisi Wakil Perdana Menteri tiga kali dipegang putra Minang. Yaitu Dr.Adnan Kapau Gani menjadi Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Syarifuddin (1947). Lalu Dr. Chaerul Saleh dua kali, masing-masing pada Kabinet Kerja IV (1963) dan Kabinet Dwikora (1964).
Dalam 31 pergantian kabinet, sejak Kabinet Soekarno s/d Kabinet Pembangunan VI, tercatat 32 orang putra Minang menjadi menteri untuk 78 jabatan (kebanyakan dirangkap). Pun satu jabatan menteri dijabat dua putra Minang karena pergantian. Mr.M.Yamin sebagai Menteri Kehakiman mengundurkan diri, digantikan Mr.M.Nasrun.
Yang pertama menjadi menteri, Dr.M.Amir, Menteri Negara pada Kabinet Soekarno, dilantik 19 Agustus 1945.
Sayang karir politiknya cepat berakhir, wafat dalam usia 49 tahun pada 1949. Terakhir putra Minang yang menjadi menteri sampai saat ini adalah, Gamawan Fauzi sebagai Mendagri dan Tifatul Sembiring sebagai Menkominfo.(Os bextah )

Selasa, 10 Juli 2012

Fungsi K.A.N Sebagai Peradilan Adat

  
                      Fungsi KAN (Kerapatan Adat Nagari) 
                                        Di Minangkabau



      KAN ( Kerapatan Adat Nagari )  merupakan suatu lembaga di dalam nagari yang mengurus dan menjaga serta melestarikan adat dan kebudayaan di Minangkabau. Di mana KAN ini terdiri dari berbagai unsur dalam nagari tersebut seperti;


      * Para Penghulu atau datuk setiap suku yang ada dalam ke nagarian tersebut.
      * Manti atau Cadiak Pandai merupakan kalangan itelektual dalam nagari tersebut.
      * Malin atau Alim Ulama yang ada dalam nagari tersebut.
      * Dubalang atau Penjaga keamanan dalam nagari tersebut.


 Di dalam suatu kenagarian keputusan-keputusan KAN di jadikan pedoman oleh WALI NAGARI dalam menjalankan pemerintahannya dan wajib di taati oleh seluruh msyarakat kenagrian tersebut sepanjang tidak melanggar peraturan dan perundangan yang berlaku. Selain mengurus adat dan melestarikan nya KAN juga merupakan lembaga PERADILAN   ADATdalam suatu kenagarian.


  KAN sebagai lembaga peradilan adat dalam nagari berfungsi menyelesaikan masalah sengketa  sako,  pusako,  pelanggaran adat dan pelanggaran syarak.  Kendati demikian,tidak semua perkara yang muncul dalam masyrakat dapat di selesaikan langsung dalam peradilan adat, itu pun ada tahap-tahapannyaseperti;


'' Perselisihan soal hak milik kaum,baik sako maupun pusako yang terjadi dalam suatu kaum,harus di selesaikan oleh niniak mamak kaum yang bersangkutan terlebih dahulu,bila perlu boleh dimintai bantuan niniak mamak terdekat menurut adat.  Jika terjadi dalam pesukuan,maka harus terlebih dahulu di seleasaikan oleh datuak suku. Jika antara suku,diselesaikan dulu oleh datuak suku kedua belah pihak. Bila tiak juga bisa di selesaikan,maka harus melalui upaya pemerintahan nagari. Kalau tidak bisa juga,barulah perkaranya di bawa ke KAN "


        Sejak di sahkan dan diberlakukan nya Peraturan Nagari ( Perna) Nomor 2 Tahun 2005 tentang pelaksanaan dan pemakain adat istiadat serta memiliki Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART) di harapkan posisi KAN dalam nagari bisa lebih kuat.
  Dengan posisi KAN yang kuat kita  berharap tidak ada lagi anak nagari yang berperkara hingga bermuara ke kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya,terutama dalam kaitannya dengan sengketa sako, pusako dan perkara perdata lainnya.(oleh:Os Bextah)
   
                      
                                                                                       

Sabtu, 09 Juni 2012

Pituah Jo Pantun Anak Bujang Di Minangkabau

     
              Pituah jo Pantun Anak Bujang Di Minangkabau




     Ketek banamo gadang bagala kata-kata inilah yang sering di ucap kan oleh orang tua-tua kepada anak laki-laki di Minangkabau. Bagi laki-laki yang  sudah menikah di Minangkabau pastilah diberi gelar(bagala) sedang kan anak-anak dan remaja biasa dipanggil Anak bujang. Berikut ini adalah pantun-pantun yang berisikan pituah untuk anak bujang  di minang yang sering di sampaikan oleh orang tua-tua kita dulu;

 Indak batanggang ba habih minyak
 Tak nyo bak siang ba habih hari
 Namuah batanyo rajin manyimak
 Kalau baraja sapanuaah hati

                                                                                                            Jikok bakato di bawah-bawah
                                                                                                            Kok nyo manyuak di ilia-ilia
                                                                                                            Indak nyo suko mahajan tuah
                                                                                                            Bakato sopan indak manggisia 

 Pandai manggantang aie lauik
 Pandai manyalam dalam bumi
 Tau di rantiang ka manyangkuik
 Pandai mangaji baso jo basi

                                                                                                           Indak mangecek ba hati kusuik
                                                                                                           Muko nan janiah di nampakkan
                                                                                                           Walau harimau di dalam paruik
                                                                                                           Kambiang juo nan di kaluakan 

 Bujang minang si bujang ramah
 Tak dangki jo tinggi hati
 Galak manih kucindan murah
 Di sayang urang sanagari

                                                                                                          Pandai ma uleh rumin putuih
                                                                                                          Tau di bayang kato tibo
                                                                                                          Tinggi taratik jo  mujilih
                                                                                                          Paga adaik benteng pusako

 Hati lapang paham tak sampik
 Pandai maninbang jo manaka
 Walau batenggang di nan rumik
 Indak bakisa di nan bana


                                                                                                         Tau di rantiang ka mancucuak
                                                                                                         Tau di dahan ka ma nimpo
                                                                                                         Tau  di ratak sabalun lapuak
                                                                                                         Bujang arih rang bijak sano

 Di nan dalam tak bagalombang
 Di nan dangka nyo tak bariak
 Di sakik hiduik indak tagamang
 Ka nan kuaso inyo mamintak


                                                                                                        Kalau baragiah jo mambari
                                                                                                        Indak maharok baleh jaso
                                                                                                        Jariah nan indak di kanalai
                                                                                                        Bia nan satu manilai nyo


 Iman nyo taguah bapandirian
 Ba istiqamah ba tauhid pulo
 Dek kawan-kawan jadi panutan
 Rang kampuang sayang kasadoannyo


                                                                                                       Indak barajo ka hati surang
                                                                                                       Ba sutan ka mato inyo tido
                                                                                                       Kayo katampek rang batenggang
                                                                                                       Cadiak ka bakeh rang batanyo


 Ibaraik baringin di tangah padang
 Uraik tahujam ka palito
 Aka nyo kuaik baurek tunggang
 Panuah lah bumi dek rumpun nyo


                                                                                                      Dek gampo indak taruntuahkan
                                                                                                      Takkan nyo tumbang dek limbubu
                                                                                                      Dek badai indak ta olengkan
                                                                                                      Kononlah lah goyang  angin lalu


 Bapucuak cewang ka udaro
 Tinggi manggapai awan biru
 Kok urek nyo tampek baselo
 Jadi pidoman musafir lalu  


                                                                                                      Sungguah batang tinggi manjulang
                                                                                                      Tapi tinggi nyo manaungi
                                                                                                      Dahan nanrampak ka bagantuang
                                                                                                      Jikalau paneh ka payuang panji


 Alah tatuah di ranah minang
 Bujang minang rang bijaksano
 Manyingguang urang inyo bapantang
 Apo lai gadang nan ka malendo


                                                                                                   Jikok bakato indak manyingguang
                                                                                                   Kok bapambari jo randah hati
                                                                                                   Jadi panutan dek urang kampuang
                                                                                                   Sumarak urang sa nagari
  
   Mudah-mudahan saja pituah orang tua-tua kita dulu bisa memberi pencerahan dan selalu teringat oleh kita "Nan kuriak iyolah kundi,nan merah iyolah sago,nan baiak iyolah budi,nan indah iyolah bahaso"(Osbextah)




                                                                                             
                                                                                                      
                                                                                                                                                                                                                                                    
      

Sabtu, 21 April 2012

Suku-suku (klan) Di Minangkabau


            SUKU-SUKU ( KLAN ) DI MINANGKABAU




      Minangkabau merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia yang mempunyai sistem Materilineal bahkan Asia.Di Minangkabau dulu cuma ada empat suku besar dengan dua lareh yaitu;

  1. Suku Koto
 2. Suku Piliang              
 3.  Suku Bodi
  4. Suku Caniago


Yang berasal dari dua lareh yaitu


1. Lareh Koto Piliang Mamak/Penghulunya Dt. Katumangguangan
2. Lareh Bodi Caniago Mamak/Penghulunya Dt. Parpatiah Nan Sabatang 


 Di Dusun Tuo  di lantik 4(empat) orang  penghulu suku dan di Sumpah sakti oleh Dt.Parpatiah Nan Sabatang sedangkan Dt. Katumangguangan meminumkan Air Keris Sakti Sampono Ganjo Erah. Suku tersebut yaitu;
 *Suku Caniago dipimpin -  Datuak Sabatang
 *Suku Tujuah Rumah -  Dt.Rajo Saie
 *Suku Korong Gadang -  Dt.Intan Sampono
 *Suku Sumagek -  Dt.Rajo Bandaro 



 Barulah setelah itu 22(dua puluh dua) penghulu suku ini dilantik dan Sumpah Sakti oleh Dt.Katumangguangan sedangkan Dt.Parpatiah Nan Sabatang meminumkan Air Keris Sakti Sampono Ganjo Aie.

 Pertama Dt. Katumangguangan melantik 8 orang kemenakan sebagai pangulu Suku di Pariangan yaitu;
*Suku Piliang dipimpin oleh Datuak Sinaro Nan Bagabang
*Suku Koto -  Dt. Basa
*Suku Malayu -  Dt. Basa
*Suku Pisang -  Dt.Kayo
*Suku Sikumbang -  Dt.Maruhun
*Suku Piliang Laweh -  Dt.Marajo Depang
*Suku Dalimo -  Dt.Suri Dirajo
*Suku Limo Panjang -  Dt.Tunaro


 Kemudian untuk daerah Padang Panjang 5 orang kemenakan Dt. Ketumanggungandilantik pula sebagai Pangulu Suku yaitu;
*Suku Kuantan dipimpin oleh Datuak Amat Dirajo
*Suku Piliang -  Dt. Maharajo Basa
*Suku Dalimo -  Dt. Jo Basa
*Suku Piliang Laweh -  Dt. Majo Indo
*Suku Dalimo Panjang -  Dt. Maharajo Suri


Demikian pula 6 oarang kemenakannya di daerah Guguak yaitu;
*Suku Piliang dipimpin oleh Datuak Rajo Mangkuto
*Suku Malayu -  Dt.Tunbijo
*Suku Koto -  Dt.Gadang
*Suku Dalimo -  Dt.Simarajo
*Suku Pisang -  Dt.Cumano
*Suku Piliang Laweh -  Dt.Rajo Malano


Terakhir 3 orang kemenakan lainnya sebagai Pangulu Suku di daerah Sikaladi
yaitu;
*Suku Sikumbang dipimpin oleh Datuak Tumbijo
*Suku Dalimo -  Dt.Barbangso
*Suku Koto -  Dt.Marajo 



    Seiring bertambah banyaknya  nagari atau berkembangnya masyarakat di Minangkabau maka suku indukpun terpecah atau terbagi-bagi dengan belahannya masing-masing.Berikut ini nama-nama  suku sebagai ketunggalan silsilah (suku induk)  dan belahannya (clan) yang tersebar di Sumbar, jambi, Riau daratan dan Negeri sembilan Malaysia;

Caniago                                            
Caniago Baruah, Caniago Bawah, Caniago nan Baranam, Caniago Sabarang,
Caniago Ujuang.



Bodi
Bodi Batino, Bodi Caniago, Bodi Jantan.

Piliang
Piliang Barum, Piliang Bongsu, Piliang Cocoh, Piliang Dalam, Piliang Koto,
Piliang Koto Kaciak, Piliang Laweh, Piliang Patar, Piliang Sani, Piliang
Sati.

Koto
Koto Dalimo, Koto Diateh, Koto Kaciak, Koto Kaciak 4 Paruaik, Koto Kampuang,
Koto Kerambil, Koto Piliang, Koto Sipanjang


Malayu
Malayu Badarah Putiah, Malayu Baduak, Malayu Balai, Malayu Baruah, Malayu
Bendang, Malayu Bongsu, Malayu Bosa, Malayu Bungo, Malayu Cikarau, Malayu
Gandang Perak, Malayu Kumbuak Candi, Malayu Kumbuak Harum, Malayu Lampai,
Malayu Lua, Malayu Panjang, Malayu Patar, Malayu Siat, Malayu Talang, Malayu
Tobo, Malayu Tongah


Kutianyia
Kutianyia Baruah, Kutianyia Ikua Pancah, Kutianyia Kampuang Tangah,
Kutianyia Kapalo Bancah, Kutianyia Kapalo Labuah, Kutianyia Pitopang,
Kutianyia Tabel Lintang


Pitopang
Pitopang Basah, Pitopang Darek, Pitopang Dibawah, Pitopang Ditangah,
Pitopang Gadang, Pitopang Koto Tuo, Pitopang Lado, Pitopang Rumah Panjang 



Jambak
Jambak nan Balimo


Salo
Salo Kutianyia, Salo Caniago


Mandahiliang
Mandahiliang Panai, Mandahiliang Gadang, Madahiliang Subarang


Tanjuang
Tanjuang Batu, Tanjuang Gadang, Tanjuang Talago


Pisang
-

Payobada
Payobada Ateh, Payobada Kubang, Payobada Sungkai


Bendang
Bendang Ateh Bukik, Bendang Rumah Baru, Bendang Salek


Kampai
Kampai Aia Angek Nan Baranam, Kampai nan 24, Kampai Tangah Niua Gadiang Nan
ba 6


Sikumbang
Sikumbang 4 Ibu, Sikumbang Gadang


Bicu
Bicu Sajo, Bicu Sipanjang


Dalimo
Dalimo Panjang


Parik
Parik Cancang


Mandaliko
Mandaliko Budur, Mandaliko Tangah Gadang, Mandaliko Tangah Patah


Depati
Depati Manggumi, Depati Mudo, Depati Sakungkuang
Supanjang, Sumagek, Sambilan Niniak, Guci, Simabua, Panyalai, Bapayuang,
Baraguang, Cocoh, Kabaru, Kalumpang, Laweh, Maih, Mansiang, Mejan,
Panampuang, Pangian Kaciak, Sawah Jauah, Tali Kincia, Tangah Sawah, Tanian,
Tanika, Banuhampu, Bonua, Ampu, Anak Aceh, Barajo, Batu Belang, Batu Hampar,
Batu Kambiang, Batu Pahek, Bawang, Biduanda, Bilang Ijin, Cubadak, Cupak,
Datuak Kitan Putiah, Dendang, Durian nan 5 Ruang, Gantiang, Hapai nan 3 Ibu,
Kampuang Dalam, Kampuang Gadang, Karak, Kinari, Korong Gadang, Lubuak,
Lubuak Batuang, Marajo Basa, Marajo Lelo, Mungka, Nangkopuh (Kandang Kopuh),
Paga Cancang, Pamangku, Parindari, Payakumbuh, Ponggang, Pungkuik, Rabu, Rio
Mudo, Saratuih, Seboang, Seri Lemak Minangkabau, Seri Lemak Pahang, Seri
Malanggang, Sialiali, Sunan Sarajo, Sungai Napar, Tabek Gadang, Tanah Data,
Tapi Aia, Tigo Batu, Tigo Lareh, Tigo Nenek.

Di ambil dari berbagai sumber(Osbextah)